gangguan psikologi dalam kebidanan

Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri ( misalnya adanya perubahan tubuh dan hormonal, kehamilannya tersebut tak diinginkan, jarak kehamilan yang terlalu dekat, riwayat keguguran ataupun riwayat obstetric buruk lainnya ) dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat gangguan jiwa ( psikosis ) yang berat. Namun, ini bukanlah hal yang mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis. Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikutnya biasanya penyakitnya timbul lagi. Eklamsia dan infeksi dapat pula disertai atau disusul oleh psikosis. Selain itu psikosis dapat menjadi lebih berat dalam kehamilan.
Berdasar dar masalah di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai kelainan jiwa dalam kehamilan ( depresi, psikosa dan psikoneurosa ) dengan tujuan agar masyarakat, terutama wanita hamil lebih banyak tentang hal tersebut, mulai dari bentuk-bentuk atau jenisnya sampai cara penanganannya. Dengan mengetahuinya, maka diharapkan mereka yang menganggap kehamilan adalah boomerang dapat meyadari bahwa hal itu adalah fisiologis dan peristiwa kodrati yang harus dilalui dan agar mereka dapat menyesuaikan diri sehingga tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan dalam hubungannya dengan perubahan emosional..


1.2  Rumusan masalah
Dalam pembuatanmakalah ini ada beberapa rumusan masalah, yaitu :
                                 1.         Gangguan mental minor dalam kehamilan trimeter 1 ?
                                 2.         Gangguan mental minor pada kehamilan lanjut ?
                                 3.         Gangguan mental mayor dalam kehamian ?
                                 4.         Gangguan mental puerperium ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk memenuhi tugas kelompok Obstreti
2.      Mengetahui tentang gangguan psikologis dalam kebidanan.

1.4  Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I      PENDAHULUAN
                 1.1 Latar Belakang Masalah
                 1.2 Rumusan Masalah
                 1.3 Tujuan
                 1.4 Kerangka Pemikiran
BAB II    PEMBAHASAN
BAB III   PENUTUP
                 4.1 Kesimpulan
                 4.2 Saran 
DAFTAR PUSTAKA 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian / definisi depresi
            Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
            Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ ( whole-body ), yang meliputi tubuh, suasana perasaan ( mood ), dan pikiran.
*      Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “ untuk menoba lebih keras “.
*      Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal
.
B . Gejala-gejala depresi
            Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika:
lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
a)      Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
b)      Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
c)       Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
d)     Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
e)       Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
f)       Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
g)      Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari
h)      Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
i)        Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
            Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari terganggu hubungan calon ibu dengan orang-orang sekitarnya terganggu kondisi ibu mengancam keselamatan janin Putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistic, tegang, kaku dan menolak intervensi terapeutik Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
            Namun, secara umum dapat digolongkan menjadi dua yakni :
Depresi unipolar Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi unipolar terdiri atas :
*      Depresi Mayor dalam kehamilan
            Apabila seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di atas, maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius yang dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau depresi mayor.
            Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom yang berpengaruh dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati salah satu kegiatan yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian, merasa tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang terutama adalah tidak jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode ketidakmampuan depresi ini dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang mendominasi di sepanjang hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik dapat muncul sekali, dua kali atau beberapa kali selama hidup.
*      Penyebab terjadinya depresi pada kehamilan
            Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan menjadi biang keladinya. Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gamaaminobutrik Selain itu,ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia tersebut.
            Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jka depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal.Selain dari faktor organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
            Faktor lain yang menyumbang peran dalam terjadinya depresi pada ibu hamil antara lain:
                                 1.         Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan
                                 2.         Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
                                 3.         Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
                                 4.         Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
                                 5.         Sedang menghadapi masalah keuangan
                                 6.         Usia ibu hamil yang terlalu muda
                                 7.         Adanya komplikasi selama kehamilan
                                 8.         Keadaan rumah tangga yng tidak harmoni
                                 9.         Perasaan calon ibu yang tidak menghendaki kehamilan
            Dampak atau pengaruh depresi terhadap kehamilan, Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya. Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
         1.         Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan
         2.         Kedua munculnya gangguan kesehatan pada mental si anak nantinya
            Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan , karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja membuat langsung janinnya meninggal.Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.
*      Cara Penanganan
            Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
            Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif ( depresi ) rekuren.
           

Ada 2 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman Depresi ( Depression Guideline Panel ) :
1)      Fase akut
Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.
2)      Fase lanjut
Klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klienyang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat bahkan selama remisi.
Untuk klien yang dianggap tidak beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
            Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri. Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs ) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin ( MOA ) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi. Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara ruti harus dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan. Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada depresi hebat dan klien sampaiingin bunuh diri atau jika tidak berespon terhadap pengobatan antidepresan. Dalam menghadapi klien penderita depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita. Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan motivasi yang dapat menenagkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
*      Depresi Pasca Salin
Gangguan depresif mayor relatif sering terjadi selama masa nifas. Baik studi retrospektif dan prospektif yang berbasis komunitas telah menghasilkan angka prevalensi depresi pasca salin mayor dan minor antara 10-15%. Angka depresi yang dilaporkan dari studi kohort masa nifas ini relatif sama dengan yang diobservasi dari populasi wanita nonpuerperal.Bila beberapa wanita dilaporkan menderita gejala-gejala singkat setelah kelahiran anak, depresi berkembang lebih perlahan lebih dari 6 bulan pertama pasca salin.
*      Gejala dan tanda depresi masa nifas
            Biasanya tidak dapat dibedakan dengan gangguan depresif mayor nonpsikotik yang terjadi pada wanita selain pasca salin. Afek disforik, iritabilitas, anhedonia, insomnia, dan fatigue adalah gejala-gejala yang sering dilaporkan. Kadang-kadang juga didapatkan keluhan somatik. Perasaan ambivalen atau negatif terhadap bayi sering dilaporkan. Wanita dengan depresi pasca salin sering mengemukakan keraguannya terhadap kemampuannya merawat bayinya. Dalam bentuk yang paling parah, depresi pasca salin bisa menghasilkan disfungsi yang sangat berat. Ide bunuh diri sering ditemukan, namun angka bunuh diri relatif rendah pada wanita yang mengalami depresi selama masa nifas.
Walaupun beberapa studi telah mengevaluasi prevalensi penyakit psikiatrik komorbid pada populasi ini, ansietas yang berat dan pikiran obsesi menonjol pada wanita dengan gangguan jiwa masa nifas. Gejala-gejala ansietas umum, gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif sering didapatkan pada wanita dengan depresi pasca salin.
*      PSIKOSIS PUERPERALIS
            Psikosis puerperalis adalah bentuk yang paling berat dari gangguan jiwa masa nifas. Berbeda dengan postpartum blues atau depresi, psikosis puerperalis lebih jarang terjadi dan angka kejadiannya berkisar 1-2 per 1000 wanita pasca salin. Penampilannya dramatik dan munculnya gejala psikosis dalam 48 - 72 jam pasca salin. Sebagian besar wanita yang menderita psikosis puerperalis gejalanya berkembang dalam 2-4 minggu pertama pasca salin.
            Wanita dengan kelainan ini gejala psikotik dan tingkah laku yang kacau sangat menonjol sehingga menimbulkan disfungsi yang bermakna. Psikosis puerperalis menyerupai psikosis afektif yang berkembang cepat dengan gambaran manik, depresif atau tipe campuran. Tanda paling awal adalah kegelisahan yang tipikal, iritabilitas dan insomnia. Wanita dengan gangguan ini secara khas memperlihatkan pergantian yang cepat antara mood yang depresi dan elasi, disorientasi atau depersonalisasi serta tingkah laku aneh. Waham biasanya berkisar pada bayinya termasuk waham bahwa anaknya telah meninggal, anaknya mempunyai kekuatan khusus, atau menganggap anaknya sebagai jelmaan setan atau Tuhan. Halusinasi dengar yang menyuruh ibu tersebut untuk menyakiti atau membunuh dirinya sendiri atau anaknya kadang-kadang dilaporkan. Walaupun banyak pihak berpendapat bahwa penyakit ini berbeda dengan gangguan afektif, namun beberapa peneliti berpendapat bahwa psikosis puerperalis lebih mirip dengan kebingungan atau delirium daripada gangguan mood psikotik nonpuerperalis.
*      Penapisan
            Depresi pasca salin berat dan psikosis mudah untuk dikenali, namun bentuk yang lebih ringan atau lebih perlahan munculnya seringkali terlewatkan. Bahkan gejala depresi berat yang muncul selama masa nifas sering terlewatkan oleh pasien dan perawatnya karena dianggap normal dan sebagai bagian dari proses kehaliran bayi. Karena sulitnya memprediksikan wanita yang berada pada populasi umum yang akan berkembang menjadi psikosis puerperalis, dianjurkan untuk menapis seluruh wanita untuk gejala depresi pada masa nifas. Hambatan terbesar dalam mendiagnosis depresi pasca salin adalah pada tingkat klinisi gagal menanyakan adanya gejala-gejala fektif pada wanita masa nifas. (2)
Kunjungan klinisi yang standar pada 6 minggu pertama masa nifas dan kunjungan berikutnya untuk pemeriksaan bayi adalah waktu yang tepat untuk menapis adanya gangguan depresi pasca salin. Bagaimana pun juga penapisan untuk gangguan afektif selama masa nifas lebih sulit dibandingkan waktu lainnya. Banyak tanda-tanda neurovegetatif dan gejala karakteristik depresi mayor (seperti gangguan tidur dan nafsu makan, berkurangnya libido, kelelahan) juga terdapat pada wanita non-depresi pada masa puerperium akut. Banyak skala penilaian yang dipakai untuk wanita bukan masa nifas (contohnya Beck Depression Inventory) belum divalidasi pada populasi puerperal. Sebaliknya Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang terdiri dari 10 pertanyaan, yang harus dijawab sendiri telah digunakan secara luas untuk deteksi depresi pasca salin dan telah dibuktikan mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang memuaskan pada wanita masa nifas. Walaupun belum begitu sering digunakan EPDS dapat mudah digunakan secara bersamaan pada evaluasi rutin wanita pasca salin. Skala penilaian ini dapat menapis wanita yang butuh evaluasi psikiatrik lebih lanjut. Skala EPDS saat ini tengah dipakai pada penelitian kohort multietnik dan multisenter pada depresi pasca salin di Jakarta.
Edinburgh Postnatal Depression Scale
            Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) telah dikembangkan untuk membantu profesional perawatan kesehatan primer untuk mendeteksi ibu yang menderita depresi pasca salin; sebuah distress yang lebih panjang dari blues dan tidak begitu berat dibanding psikosis puerperalis. Studi yang lampau telah menunjukkan bahwa depresi pasca salin mengenai kurang lebih 10% wanita dan masih banyak wanita yang depresi tidak mendapatkan pengobatan. Wanita ini mungkin masih bisa mengurus bayi dan pekerjaan rumah namun kesenangan hidupnya sangat terganggu dan bisa terdapat efek jangka panjang terhadap keluarganya.
            EPDS dikembangkan pada pusat kesehatan di Livingston dan Edinburgh. EPDS terdiri dari 10 pernyataan pendek. Pasien menggarisbawahi salah satu di antara 4 pernyataan yang paling cocok dengan dirinya selama 1 minggu terakhir. Sebagian besar pasien melengkapi pertanyaan ini tanpa kesulitan dalam waktu kurang dari 5 menit. Validasi studi menunjukkan bahwa bila ibu yang memiliki skor di atas ambang 12/13 diperkirakan menderita gangguan depresif dengan berat yang bervariasi. Namun skor EPDS tidak boleh mengesampingkan diagnosis klinik. Penilaian klinis yang teliti harus dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Skala ini mengindikasikan yang pasien rasakan selama 1 minggu yang lalu dan pada kasus yang meragukan penilaian bisa diulang 2 minggu kemudian.
*      Ganguan Mental Minore Pada Kehamilan Lanjut
Gangguan lanjut mental minore pada kehamilan lanjut merupakan bangunan kedepresian yang di alami oleh yang ibu atas kehamilannya yang telah berusia lanjut untuk menjelang proses persalinannya. Bangunan mental ini dapat berupa :
ü  Depresi
ü  Stres
  1. Depresi
Depresi dapat berupa gejala kumpulan gejala (sindrom) ataupun ganguan depresi.
a.       Gejala depresi
*     Sedih
*     Murung
*     tidak ada semangat
*     ingin menyndiri ibu di katakana mnderita gagngguan depresi bila gejala dan tanda yang ada pada ibu memenuhi keretreia diagnostic untuk gangguan depresi .
depresi dapat di sebabkan oleh berbagai factor antara lain :
a. factor biologis bahwa adanya konsistensi dari hipotesis gangguan mood berhubungan erat dengan diregulasi dan biogeni camin, serotonin, norepinefrin dan dopamine pada ibu hamil
§  factor genetic
§  factor psikososial
b.factor keperibadian
orang mempunyai keperibadian histronik, obsesif-kompulsif dan borderline lebih banyak menderita gangguan depresi disbanding ibu yang mempunyai keperibadian antisocial dan paranoid
c.factor ketidak berdayaan
ketidak berdayaan yang di pelajari dari depresi menghubungkan fenomena depersi pada ibu tentang pengalaman peristigwa yang tidak terkenadali
kreteria diagnostic untuk gangguan depresi pada ibu hamil pada usia lanjut :
adapun gejala yang sudah berlangsung sekurang-kurang dua minggu dan menunjukan adanya perubahan dari fungsi sebelumnya.
contoh depresi pada ibu saat keamilan lanjut :
*     mood depresi yang berlangsung spanjang hari hamper sepanjang hari yang di tunjukan oleh adanya rasa sedih, pada ibu
*     berkurangnya minat pada kehamilannya terhadap kesenangan keseluruhan, terhadap aktifitas sehari-hari
*     berkurangnya berat badan sehingga berdampak pada janin ibu.
*     Tidur terganggu sehinga waktu istirahat kurang, berlangsung tiap hari
*     Mengamuk mara-marah atau malas
*     Kesulitan untuk berkonsentrasi fositif terhadap kehamilannya
*     Fikiran yang berulang tenang kematian janin dan hal-hal yang tidak diininginkan pada kehamilannya
Cata penanggulangan depresi :
a)      usahakan agar ibu terhindari dari hal-halyang membahayakan keselamatanya
b)      kirimkan kedokter / psikiater untuk dapat piñata laksaanan selanjutnya.
c)      Lakukan usaha untuk mengulangi atau menghilangkan penyebab terjadinya depresi
d)     Mencoba berkomunikasi yang baik memberikan hal-hal yang fosihtif pada ibu tentang kehamilannya sekarang
Untuk mendiagnosakan retardasi mental pada ibu dengan tepat, perlu di ambil anamnesa dari orang terdekat, denga sangat teliti tentang kehamilannya, perkembangan janin dan persalinan.
  1.  Stress
sters dapat mengakibatkan kecemasan yang berlebihan pada kehamilan ibu memasuki trimester ketiga sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas nyata, alas an yang mungkin menyebabkan peningkatan kecemasan aadalah kecemasan mengenai ketakutan untuk melahirkan dan kekwatiran terhadap anaknya.
Penanggulangan kecemasan dalam kehamilan
seorang ibu yang tabah akan berusaha menguasai keadaan menganggap saat melahirkan sebagai suatu puncak yang telah dapat di lalui akan mendatangkan kebahgiaan.
v  Mempercayai anjuran dan pengobatan yang di berikan oleh tenaga kesehatan
v  Menyelenggarakan hubungan batin yang baik sehingga usaha pertolongan dapat mudah di lakukan
v  Memberikan penerangan, penjelasan dan pengertian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga peristiwa kehamilan dan persalinan
Sumber stres dapat di golongkan dalam bentuk :
a)      Krisis
Perubahan yang timbul mendadak dan mengoncangkan keseimbangan ibu di luar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari
b)       Frutrasi
Kegagalan dalam usaha pemuasan diri / dorongan naluri sehingga timbul kekecewaan pada ibu atas kandungannya
c)       Konflik
Pertentangan antara dua keinginan antara dorongan naluri dan kekuatan yang menngendalikan dorongan – dorongan naluri tersebut
d)     Tekanan
Berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus di tanggungnya
Akibat dari stress
o   perasaan cemas
o   rasa takut
o   tertekan
o   kehilangan rasa nyaman
o    gelisah
o    Pusing
o   kurang istirahat